Garuda Nusantara Update – Rabu, 6 November 2024. Dalam wawancara via telepon, Kepala Dinas PUPR Sumba Barat Daya, Wely Woda Lado, merespons antusiasme masyarakat mengenai simbol kesukuan di Bundaran Pusat Kota Tambolaka. Ia menjelaskan bahwa simbol tersebut menggambarkan kekuatan tiga suku utama di wilayah Sumba Barat Daya.
Woda Lado menjelaskan bahwa simbol keberagaman ini diwakili oleh tiga tiang utama yang menopang dua priuk tanah besar, sebagai bentuk aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam karya seni tersebut. “Ini adalah simbol aspiratif masyarakat Sumba Barat Daya,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa keputusan mengenai desain bundaran telah melalui kesepakatan bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat, yang berperan sebagai wadah aspirasi masyarakat. “Dewan telah membahas dan memutuskan bersama simbol ini,” kata Kadis PUPR.
Menanggapi kritikan beberapa tokoh masyarakat terkait monumen tersebut, Woda Lado menyebutkan bahwa hal itu sah-sah saja. “Tidak semua program bisa memuaskan semua pihak sepenuhnya. Kritik konstruktif dan edukatif sangat kami hargai, namun harus diingat bahwa tujuan kita sama, yaitu membangun daerah ini bersama,” jelasnya.
Woda Lado juga mengajak masyarakat yang memiliki masukan untuk menyampaikan aspirasi mereka melalui DPRD. “Di sana ada lembaga DPRD, tempat untuk menyalurkan aspirasi dan mencari data yang akurat,” tambahnya.
Menurutnya, keberadaan monumen ini memiliki makna filosofis yang merayakan keberagaman tiga suku besar di Sumba Barat Daya. Simbol ini lahir dari gagasan dan aspirasi yang telah dibahas bersama antara pemerintah dan DPRD sebagai bagian dari upaya mempercantik dan memperkuat identitas kota.
Woda Lado juga menyatakan bahwa perbedaan pendapat adalah hal biasa dan memperkaya cara pandang masyarakat. “Perbedaan ini adalah kekayaan kita semua, yang mampu memajukan wilayah dan mendorong peningkatan ekonomi produktif di sekitar kota,” pungkasnya.
Editor: F. A
Sumber: Garuda Nusantara Update
Pimpinan Redaksi: Rendi Tonggoro