KADUL, GARUDA NUSANTARA.UPDATE – Sepanjang jalan jalur Tiga Puluh menuju Kantor Pusat pemerintahan Kabupaten Sumba Barat Daya,nampak kedua Lansia berjualan sirih pinang dan pisang di sebuah lapak sederhana,keduanya sepasang suami istri berusia 79 Tahun Lede Ngongo dan Bella Rouna 76 Tahun.
Lede Ngongo menceriterakan usaha ini bermodalkan pinjaman koperasi harian yakni PNPM,SMART,TALENTA,sehingga tiap hari di tagih sesuai kesepakatan alias Koperasi Selamat Pagi Ungkapnya.
Tekad bersama isterinya berawal dari ketidak mampuan mengolah lahan pertanian bahkan rela keduanya bermalam di pinggiran jalan utama penuh kebisingan kendaraan lalu lalang depan hutan kawasan arah kantor Puspem Kadula.
Kondisi beresiko ini di jalaninya karena kondisi ekonomi morat marit,”ungkap Lede Ngongo.
Saat di tanya usaha jualan sirih pinang Keduanya mengungkap pemenuhan kebutuhan hidup semata-mata yakni beli beras dan sayur untuk hari-hari dengan nada polos kepada awak media sambil menawarkan kaleku sirih pinang kepada siapa saja yang mampir dan berceritera penuh Canda.
Menarik benang kusut dari pernyataan Kedua Lansia ini maka pemerintah seharusnya buka mata dalam pendataan keluarga miskin,sehingga perhatian dapat di selaraskankan dengan program pengentasan kemiskinan melalui topangan modal usaha baik itu bersumber dari Bumdes,Kesra dan sosial lain,”nya ucap salah satu tokoh masyarakat berdomisili di Desa weelonda yang tidak mau menyebutkan namanya kepada awak media.
Menurutnya kami yakin Bupati dan wakil bupati dapat memperhatikan kondisi masyarakat melalui Dinas sosial dan koperasi karena kami menjatuhkan pilihan kepada keduanya atas tawaran program pro rakyat di kumandangkan saat visi dan misi bahkan orasi kampanye sampai saat ini dokumen panggung tersimpan rapi,” jelasnya.
Dirinya berharap agar para pemimpin lebih memperhatikan kondisi ekonomi dan pendidikan sebagai ujung tombak kesejateraan masyarakat”Untuk apa sekolah pintar jika ekonomi lemah dan sebaliknya Buat apa ekonomi ada tapi pelayanan pendidikan juga tidak berimbang bagi generasi kita hanya kejar dana BOS, namun pelayanan Ilmu rendah tingkat buta hurup menjadi faktor ikutan,” Tegasnya.
Redaksi: R.Tonggoro

